Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta.
Ditambah Pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film bf, buku-buku sampai obrolan-obrolan
dengan teman di kantorku, membuat aku semakin bisa menyelami tentang apa itu
sex. Sehingga aku benar-benar fasih dalam menerjemahkan apa yang aku dapat dari
pengetahuan tentang sex. Itu terbukti dengan keluarnya banyak pujian dari para
teman making love aku. Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan
mereka menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang sebelumnya belum pernah
mereka rasakan dalam masalah sex.
*****
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang
entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.
Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku
berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag
wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.
"Hallo, selamat siang joko," suara wanita yang sangat manja
terdengar.
"Helo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius.
"Namaku Karina," kata wanita tersebut mengenalkan diri.
"Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor saya dari mana?"
tanyaku menyelidiki.
"Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu,"
jelasnya.
"Ooo... Yanti," kataku datar.
Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti
adalah seorang wanita karir yang juga 'mewarnai' kehidupan sex aku.
"Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?"
tanyaku.
"Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen
sama kamu," jelas Karina.
Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal
lama. Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana
bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya,
Karina membuyarkan lamunanku.
"Hallo... Joko, kamu masih disitu?" tanya Karina.
"Iya... Iya Mbak..." kataku gugup.
"Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaaa?" tanyanya
menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh," celetukku.
"Masa sih... Aku jadi GR deh" dengan nada yang sangat
menggoda.
"Joko, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?" tanya Karina.
"Boleh aja Mbak... Bahkan aku senang bisa bertemu dengan
kamu," jawabanku semangat
"Oke deh, kita ketemuan dimana nih?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Joko sih ngikut aja?" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa
senayan," katanya.
"Oke, sampai nanti joko... Aku tunggu kamu jam 18.30," sambil
berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.
Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda
itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon
aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor untuk
melakukan aktivitas selanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku
pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare
dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk
perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu
wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede dengan hal
seperti itu.
Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai
dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald seperti
yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan,
sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.
Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada
seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita
ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik,
membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan yang
indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang sangat
menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih
dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku,
wah betapa bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang
menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya
yang indah itu.
Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku
berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan
aku.
"Maaf apakah kamu Joko?" tanyanya sambil menatapku.
"Iy... Iyaa... Kamu pasti Karina," tanyaku balik sambil
berdiri dan mengulurkan tanganku.
Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku
terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku
dengan penuh perasaan.
"Silahkan duduk Karina," kataku sambil menarik satu kursi di
depanku.
"Terima kasih," kata Karina sambil tersenyum.
"Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja
sih?" tanyaku.
"Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Joko,"
jelasnya.
"Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah
kamu?" kataku sambil tersenyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali bicara
yang 'menyerempet' ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja
wajahnya yang semakin matang.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang
wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha dan
kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.
"Karin, kamu kenal Yanti dimana?" tanyaku.
Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online
bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah
rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan
dengan penuh semangat.
"Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu
sih," tanyaku penuh penasaran.
"Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia
nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya," Jawabnya penuh pengertian.
"Ooo, begitu..." kataku sambil manggut-manggut.
"Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4
hari, sampai urusan kantorku selesai," jelasnya tanpa aku tanya.
"Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada acara
keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng,"
jelasnya kembali.
"Memangnya Mbak Karina menginap dimana nih?" tanyaku
penasaran.
"Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel
H..."jelasnya.
"Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?" tanyaku menyelidik.
"Ya sendirilah, Joko... Makanya saat itu aku tanya Yanti,"
katanya
"Tanya apa?" tanyaku mengejar.
"Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di
Jakarta," katanya.
"Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu," lanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dan
toko pun sudah mulai tutup.
"Jok.. Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?" tanyanya.
"Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel
sendirian," kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera
meluncur ke hotel H... Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan. Aku
dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di
depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang
mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika berjalan
dibelakangnya.
Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang
asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam
batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina pun
memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan
juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) sedangkan yang
mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama besarnya
bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.
Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian
mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun, tak
terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun dan
langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah
pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang besar, Karina pun
langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa bernafas karena
serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.
Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan
yang pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina pun
langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun
langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku
mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Miranda
mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi
yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.
"Aaahhh enak Mir, terus Mir hisap terus, aaahhh..."
Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku
semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun mulai
menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa
merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras sambil berdesis
bertanda dia menikmati permainanku itu.
Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan
Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah
beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia
pun mendesah.
"Jok... Akuuu mauuu keeeluuuarrr."
Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun
langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung
memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku masukkan penisku
dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah basah
itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat perlahan-lahan sambil
menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan dan Karina pun mulai mendesah
nggak karuan.
"Aaahhh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aaahhh,
ssttt.."
Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan
dia mulai berkicau lagi.
"Aaahhh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aaahhh..."
Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua
kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku
mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali mengalir
disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu.
Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan Karina yang
menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap vaginanya Karina yang masih
keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.
Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah.
Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung
masuk. Blesss... Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia pun
mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat
goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan sensasi yang
diberikan oleh Miranda.
Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan
Karina mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya
yang membuat aku mendesah.
"Aaahhh enak Mir... Terus Mir... Goyang terus Mir... Lebih dalam
lagi Mir... Aaahhh sssttt"
Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,
"Mir... Aku... ingiiin keeeluuuaaarrr"
Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa
kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih
mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa
sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang
sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku yang sudah basah
kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang
masih ada dipenisku, Dahlia pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih
mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti
kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai
memeluk Dahlia dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya
yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.
"Ooohhh... Joko... Geeelli..." desah Dahlia.
Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya
bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara
mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya sehingga
bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan
kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya dengan
gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi dan dia medesah.
"Aaahhh enak sekali Jok... Terus Jok hisap terus Jok enak Jok
aaahhh sssttt.."
Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan
setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat
penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke
arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu
lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat.
Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir
vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar
selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
"Sssttt... Jok... Nikmat sekali... Ughhh," rintihnya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku
diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar dan naik
turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.
"Joko... Gila banget lidah kamu..." rintihnya
"Terus... Sayang... Jangan lepaskan..." pintanya.
Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk
menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang
bergejola dihatinya.
"Oohhh... Joko, aku nggak tahan... Ugh..." rintihnya.
"Joko cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,"
pintanya.
Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk
itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali
hentak.
"Bleest.." kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia.
"Aowww... Gila besar sekali Jok... Punya kamu," Dahlia
merintih.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat
danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar
biasa dibatang kemaluanku.
"Joko... Jangan berhenti sayang... Oogghhh," pinta Dahlia.
Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan
penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia
membantu pinggulnya untuk berputar-putar.
"Joko... Kamu... Memang... Jagoo... Ooohhh," kepalannya
bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.
Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu
birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat
Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai
seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa
sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.
"Joko... Terus... Sayang... Jangan berhenti..." Dahlia
meminta.
Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan
birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya.
Tubuhnya bergerak hebat.
"Joko... Aakuuu... Kelluuuaaarrr... Aaakkkhhh... Goyang
sayang," rintih Dahlia.
Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia
semakin tak terkendali.
"Jok... Ooo... Aaammmpuuunnn," rintihnya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam
hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan cairan
membasahi seluruh penisku.
Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih
berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang menungging.
Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan
kembali ke lubang vaginanya Dahlia.
"Ooohhh... Joko... Kamu... Memang... Ahli..." katanya sambil
merintih.
Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya
penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
"Dahlia... Vagina kamu memang enak banget," pujiku.
"Kamu suka minum jamu yaaa kok seret?" tanyaku.
Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan
penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina
Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku
diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah
mengoyak birahiku.
"Dahlia... Aku mau... Keluar..."kataku mendesah.
"Aku juga sayang... Ooohhh... Nikmat terus... Terus..."
Dahlia merintih.
"Joko... Keluarin didalam... Aku ingin rasakan semprotan...
Kamu..." pintanya.
"Iya sudah... Ooogh... Aaakhhh..." rintihku.
Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin
cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.
"Joko... Aku... Aku... Ngaaak kkuuaaattt... Aaakhhh" rintih
Dahlia.
"Aku juga sudah... Ooogh... Dahhh," aku merintih.
"Crut... Crut... Crut..." spermaku muncrat membanjiri
vaginanya Dahlia.
Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar
dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia membalikkan
tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
"Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex.
Kamu memang luar biasa" kata Dahlia merintih.
"Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku
saja," kataku merendah.
"Kamu luar biasa.." Dahlia tidak meneruskan kata-katanya
karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.
Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata
mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak
kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku
tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang kemaluanku
dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun menikmatinya sambil menggigit
bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan
akhirnya kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku
menginap karena pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.
Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh
mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik
ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami
mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek
bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut.
Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya
mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang
nakal memilih punting mereka.
"Ughhh... Joko..." mereka merintih dan bergerak saat aku
permainkan puntignya yang memerah.
Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan
entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan mendapatkan
orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya
yang tidak kenyang.
Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus
berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat
jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel
H... Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh
permainan tadi.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya di Blogger Tazix