Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alamiah yang paling
tepat untuk bayi. Selain bermanfaat bagi kesehatan ibu, seperti mengurangi
risiko terkena kanker payudara dan indung telur, menyusui juga dapat mempererat
hubungan batin antara ibu dan bayinya. Berat badan ibu selama kehamilan pun
lebih cepat kembali ke berat semula karena lemak yang tertimbun akan digunakan
untuk memproduksi ASI. Dibandingkan dengan susu formula, manfaat ASI jauh lebih banyak. Kolostrum ASI
mengandung zat penangkal penyakit. Ini membuat bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif jarang menderita diare, infeksi saluran nafas bawah, atau infeksi
telinga. Dalam ASI terkandung lemak dan asam lemak yang dibutuhkan untuk
perkembangan otak. Itulah sebabnya bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai
perkembangan kognitif dan motorik lebih cepat. Susu sapi mengandung protein sapi yang dapat menimbulkan reaksi alergi,
sedangkan protein
ASI hasil produksi tubuh ibu tidak akan menimbulkan alergi
pada bayi. Susu formula lebih kental daripada ASI, kandungan garamnya lebih
tinggi sehingga bayi akan lebih sering haus. Ini mengakibatkan bayi minum
melebihi kebutuhan. Akibatnya, bayi menjadi kegemukan (obesitas). Kegemukan itu
dapat berlanjut hingga dewasa yang membawa risiko berbagai penyakit, misalnya
tekanan darah tinggi, kadar kolesterol meningkat, tekanan darah tinggi, atau kencing
manis.
Namun, di balik banyak manfaat ASI, kerap kali dijumpai cerita yang menyeramkan
sehingga banyak ibu menyusui yang merasa khawatir. Dokter Edi Setiawan Tehuteru
SpA MHA IBCLC mempunyai beberapa kisah tentang ASI yang disebutnya hanya mitos.
Seperti, pipi bayi menjadi eksem kalau terkena ASI yang jelas tidak benar. Edi
mengakui, beberapa bayi yang mempunyai kecederungan alergi mungkin akan
sensitif terhadap apa yang dimakan ibunya. Alergi dapat muncul sebagai ruam
merah, seperti eksem di pipi. Ruam di pipi bayi bukan akibat kecipratan ASI
,melainkan bentuk alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya dan masuk ke
ASI. “Jika ini terjadi, ingat-ingatlah kembali makanan yang dikonsumsi ibu,
kemudian hindarilah,” kata dokter spesialis anak dan konsultan laktasi
tersebut.
Mitos lain yang tidak benar menyebutkan, menyusui dapat menyebabkan payudara
kendor. Seperti jaringan tubuh lainnya, elastisitas payudara akan menurun
seiring bertambahnya usia. Saat perempuan hamil, tubuhnya menyimpan lemak,
antara lain, di daerah perut, pinggul, dan payudara. Timbunan lemak itulah yang
mengakibatkan beban ligiman bertambah berat sehingga menjadi agak melar. Untuk
menyiasatinya, Edi menyarankan untuk selalu memakai BH yang sesuai agar dapat
menyangga payudara selama kehamilan maupun menyusui.
Ada pula mitos yang menyebutkan, bayi meninggal akibat hidung tertutup payudara
ibu saat menyusui. Edi mengakui, cerita ini belum pernah dilacak dari mana
asalnya. Bayi yang sehat akan memberontak kalau hidungnya tertutup. Dan, ibu
tentu akan bereaksi jika bayi memberontak. Edi menduga, bayi yang diberitakan
itu ada kemungkinan menderita kelainan yang tidak disadari oleh keluarganya.
Sehingga, ketika bayi meninggal saat menyusui, keluarga mengambil kesimpulan
yang salah.
Sumber : republika.co.id




No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya di Blogger Tazix